Nasional / Politik dan Pemerintahan /
Follow daktacom Like Like
Ahad, 15/06/2025 07:00 WIB

Prabowo Aman, Maka Gibran Juga Aman

Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Prabowo Gibran
Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Prabowo Gibran

DAKTA.COM : Nasib Gibran ada di tangan Prabowo. "Majical conciousnes" anda akan mengatakan: "bergantung Tuhan". Betul. Tapi Tuhan sudah serahkan kepada Prabowo. Tentu, penyerahannya tidak melalu wahyu. Prabowo bukan nabi. Tapi, penyerahan itu bisa dijelaskan secara ilmiah melalui kaidah-kaidah kausalitas politik.

 
Prabowo-Gibran satu paket. Berpasangan sebagai capres-cawapres 2024. Menjabat sebagai presiden-dan wakil presiden juga bareng-bareng. Kalau Gibran bukan ancaman, buat apa sibuk urus Gibran. Urusan negara masih banyak. Apalagi, pemerintahan baru berjalan di tahun pertama. Timing ini yang harus dicatat.
 
Usul pemakzulan Gibran ditanggapi dingin oleh Prabowo. Wacana pemakzulan ini "pasti" mengganggu situasi dan stabilitas politik.  Kenapa Prabowo bersikap dingin? Kenapa Prabowo cuek, seolah gak mau tahu? Melalui Wiranto, Prabowo merespon "santai". Seolah tak terjadi apa-apa.
 
Gelombang pemakzulan Gibran semakin kencang. Surat tuntutan sudah di meja ketua MPR. Probowo diam. Gerindra juga no commen. Ketua MPR yang juga sekjen Gerindra tak memberi komentar. 
 
Ketika surat tuntutan pemakzulan Gibran sudah ada di meja ketua MPR, yang juga sekjen Gerindra, ino artinya tombol sudah di atas meja. Kapan saja bisa dipencet. 
 
Di sisi lain, Gibran tidak punya satupun kursi dan dukungan partai politik di DPR
Posisi Gibran lemah. Gibran adalah "kartu mati". Tersandera tuntutan pemakzulan dan tidak bisa berbuat apa-apa. 
 
Tombol pemakzulan setiap saat bisa "dinyalakan". Bom sudah terpasang, siap meledak ketika jari ketua MPR menyentuh tombol pemakzulan. Ketika situasi memanas, Prabowo bisa kasih komando kepada ketua MPR, dan Ahmad Muzani, kerua MPR yang merangkap sebagai sekjen Gerindra bisa langsung panggil semua anggotanya. Hari itu juga "sidang MPR" bisa dilaksanakan. Sidang akan mrngikut arahan Prabowo.
 
Sekarang anda baru paham, betapa posisi Ahmad Muzani sebagai ketua MPR sangat strategis. Bagian dari sekenario yang mungkin hanya bisa dipahami kesulurahannya oleh Gibran. 
 
Di ujung sana, Jokowi menyampaikan pesan: "kalau pemakzulan, ya semuanya. Presiden dan wakil presiden. Satu paket. Saat calon kan satu paket".
 
Jokowi walikota tujuh tahun, gubernur dua tahun dan 10 tahun jadi presiden. Pengalaman politiknya matang. Bahkan sangat matang. Piawai dalam menyampaikan pesan politik. Ketika Jokowi bilang "satu paket", itu tidak bisa dipahami dengan pendekatan hukum tatanegara. Cara berpikir Jokowi melampaui formalitas dan norma hukum. Narasi Jokowi adalah sebuah pesan politik. Pesannya sangat kuat. Kepada siapa? Ya kepada penguasa dan para pendukungnya. 
 
"Kalau Gibran jatuh (diimpach), dia tidak sendiri". Itu kira-kira pesan singkatnya. Pesan ini tentu serius. Matang, dan penuh perhitungan. Kalkulasi politiknya pasti sudah lama dihitung probabilitasnya.
 
Bagi Prabowo, yang ia butuhkan adalah stabilitas. Baik stabilitas negara maupun stabilitas kekuasaan. Di luar itu, tak ada yang dikejar kecuali membangun legacy.
 
Jika kekuasaan Prabowo aman, alias tak ada ancaman, maka semua dinamika politik hari ini hanya akan berdampak pada angka elektoral pada pemilu 2029. Tak akan ada lagi isu pemakzulan. Semua akan berjalan normal dan terkendali.
 
Kecuali pejabat titipan. Satu persatu akan lengser. Tepatnya dilengserkan. Di kabinet, maupun di institusi hukum. Duta besar, dan juga komisaris. Ini sesuatu yang alamiah. Tak ada yang abadi. Semua ada jatah waktunya, pada akhirnya, harus bergantian.
 
Para pendukung Prabowo yang keluar banyak keringat sedang menunggu info, kapan resuffle itu dilakukan. Sebagian gak sabar, karena sudah lebih dari tujuh bulan.
 
Sebaliknya, jika posisi Prabowo terancam, alias tidak aman, kekuasaan terganggu dan kursi prabowo goyang, maka tombol pemakzulan Gibran di meja ketua MPR akan menyala. Bom seketika meledak. Setelah itu, kemungkinan akan ada tombol-tombol berikutnya yang ikut menyala. Ketika tombol-tombol itu menyala, maka ledakan akan terjadi dimana-mana. 
 
Boleh jadi bom waktu tidak hanya menyasar Gibran, tapi juga bisa mengenai Prabowo. Satu paket, kata Jokowi.
 
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
 

 

Reporter : Warso Sunaryo
- Dilihat 61 Kali
Berita Terkait

0 Comments