Nasional / Lingkungan Hidup /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 26/08/2025 16:00 WIB

Bekasi Darurat Sampah: Pegiat Lingkungan Soroti Tata Kelola dan Peran Masyarakat

SAMPAH KOTA BEKASI
SAMPAH KOTA BEKASI

KOTABEKASI_DAKTA.COM : Kota Bekasi menghadapi tantangan serius dalam pengelolaan sampah, dengan 65% timbulan sampah berasal dari sisa makanan atau organik. Pemerintah Kota Bekasi diberi tenggat waktu hingga September untuk menerapkan sistem pengelolaan sampah modern, termasuk sanitasi landfill dan pengolahan sampah menjadi energi listrik. Namun, pegiat lingkungan Sony Teguh Tri Laksono menekankan bahwa peraikan tata kelola sampah dan partisipasi aktif masyarakat adalah kunci utama sebelum implementasi teknologi modern.

 

Pemerintah Kota Bekasi ,bersama 32 kota lainnya di Indonesia, menerima peringatan dari Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk segera mengubah sistem pengelolaan sampah dari open dumping menjadi sanitary landfill. Sony, menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah positif menuju pengelolaan sampah yang lebih ramah lingkungan. Namun, ia menegaskan bahwa implementasi sanitary landfill membutuhkan waktu yang panjang, termasuk pembebasan lahan dan persiapan protokol.

 

Sebelum sanitary landfill diterapkan, Sony menyoroti urgensi perbaikan tata sampah dari hulu ke hilir. Ia menekankan bahwa masyarakat harus didorong untuk memilah sampah sejak dari rumah tangga, yang diyakini dapat mengurangi timbulan sampah hingga 20%. Selain itu, peran produsen dalam mengelola sampah yang tidak dapat diurai secara alami juga harus diatur.

 

Sony mengkritik sistem pengelolaan sampah saat ini yang menjadikan pengangkutan sampah sebagai sumber pendapatan daerah. Menurutnya, hal ini bertolak belakang dengan upaya pengurangan sampah. Ia mengusulkan agar siapa pun yang berhasil mengurangi sampah harus mendapatkan insentif, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 dan Nomor 23 Tahun 2008.

 

Salah satu aset positif Kota Bekasi adalah keberadaan bank sampah yang aktif, dengan lebih dari 400 bank sampah yang beroperasi. Sony melihat potensi besar dalam mengoptimalkan peran bank sampah ini, misalnya dengan mewajibkan setiap RW untuk memiliki dan mengelola bank sampah. Ia juga menyoroti potensi budidaya maggot di Bekasi, mengingat 62% sampah kota adalah sisa makanan. Budidaya maggot dapat menjadi solusi ekonomis dan ramah lingkungan untuk mengelola sampah organik, bahkan menarik minat investor dari Korea.

 

Sony menekankan bahwa sinergi antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha adalah keniscayaan dalam pengelolaan sampah. Ia berharap pemerintahan kota  dapat lebih proaktif dalam mengedukasi masyarakat dan memberikan regulasi yang mendukung. Diskusi dengan DPRD menunjukkan dukungan terhadap kolaborasi ini, dan berharap Peraturan Wali Kota (Perwal) yang mewajibkan setiap RW memiliki bank sampah dapat segera diimplementasikan.

 

Di sisi lain, Ia  juga menyuarakan kekhawatiran terhadap rencana pengembangan Kalimalang sebagai destinasi wisata air dan kuliner. Ia berpendapat bahwa Kalimalang adalah saluran air vital untuk Jakarta dan seharusnya difokuskan pada revitalisasi untuk fungsi optimalnya, seperti olahraga dan rekreasi yang tidak melibatkan aktivitas bisnis yang dapat menimbulkan sampah. Ia menyarankan agar pemerintah kota lebih fokus pada optimalisasi danau dan situ yang banyak terdapat di Bekasi sebagai pusat hiburan masyarakat yang terkait dengan air, serta menjaga kebersihan Kali Bekasi yang memiliki nilai sejarah.

 

Dalam pandangannya, kemajuan Kota Bekasi harus berlandaskan pada konsep "4T 2E". Pertama, Trade (Perdagangan) yang baik menjadi fondasi ekonomi kota. Kedua, Tourism (Pariwisata) perlu dikembangkan, namun dengan fokus pada wisata yang ramah lingkungan. Ketiga, Transportation (Transportasi) yang memadai, ditandai dengan infrastruktur jalan yang mulus, sangat krusial untuk mobilitas. Keempat, Technology & Telecommunication (Teknologi & Telekomunikasi) harus dioptimalkan untuk mendukung berbagai aspek pembangunan. Selain keempat 'T' tersebut, dua 'E' juga tak kalah penting: Energy (Energi) yang cukup, termasuk potensi energi terbarukan, dan Environment (Lingkungan) yang menjadi perhatian utama untuk keberlanjutan kota.

 

Masyarakat Kota Bekasi telah menunjukkan kepedulian yang signifikan terhadap lingkungan, terbukti dengan adanya bank sampah yang terintegrasi. Namun, keberlanjutan upaya ini sangat bergantung pada sinergi yang kuat antara Pemerintah Kota, masyarakat, dan para pegiat lingkungan. Sony mengingatkan bahwa sebagai khalifah di bumi, manusia memiliki tiga peran fundamental: menjaga hubungan baik dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam. Seringkali, hubungan dengan alam terabaikan, yang pada akhirnya dapat memicu bencana.

 

Oleh karena itu, ia  berharap Pemerintah Kota dapat mempertimbangkan secara serius masukan-masukan yang telah disampaikan, dan memiliki keberanian untuk melakukan perubahan jika rencana pembangunan yang ada terbukti berdampak negatif terhadap lingkungan. Ia menegaskan kesediaannya untuk terus berdiskusi dan berkolaborasi dengan pemerintah kota serta akademisi lain dibidang lingkungan demi mencari solusi terbaik dan mewujudkan Kota Bekasi yang lebih lestari.

 

 

 

 

Reporter : Warso Sunaryo
- Dilihat 153 Kali
Berita Terkait

0 Comments